Ingat masa kecilku nie...
Rindu sich...
Soalnya waktu kecil ngak mikir apa2
Kerjanya cuma main doank.
Waktu itu, aku dengan keluarga Q pergi ke rumah sodara tuk berlebaran, tepatnya di rumah Makbang (kakak sepupu ibuku). Kebayang dech, sebagai kakak tertua di keluarga, semua sodara-sodara ngumpul di situ. Base camp gitu. Aku juga senang banget. Semuanya ngumpul en bisa main2 dengan mereka.
Nah, waktu itu bang dedi (sodaraku) ngajak maen-maen gitu. Permainan anak lelaki, yaitu manjat tembok. Mulanya aku nolak. Abisnya ya nggak bisa. Aku sedikit lebih rendah dari dia. Otomatis, ngak nyampe. Bang dedi nantangin aku. Akhirnya aku luluh juga. Ditantang sich... gimana coba??? bangkitlah keberanianku.
Pas nyoba-nyoba naik. Eh ternyata bisa. Alhamdulillah... Senengnya. Abis itu, aku ditantang lagi buat megang atap. Pengen nyoba juga akhirnya. Perlahan-lahan nyobanya. Opssssssss... ngak nyampek. Jatuh dech ke lantai. Lantainya penuh dengan darahku. Daguku terluka. aku pun menangis. Kontan Bapakku bangun dan segera mengambilku. Kemudian beliau membopong ku ke rumah sakit dengan vespa yang aku nggak tahu punya siapa.
Nggak lama kemudian, jarum suntik membiusku. sebelumnya aku menangis sekuat-kuatnya karena takut disuntik. Namun apalah dikata seberapa kuatnya aku mencoba melawan tetap kalah. Wong lawannya orang dewasa yang badannya 3 kali lebih besar dari aku. Setelah disuntik, aku bener2 nggak ingat apapun. Yang ku ingat esoknya, aku punya perban di daguku. Semua teman-teman di komplek perumahan ku menanyakan perban didaguku. Aku dengan bangga mengatakan "baru dijahit". Hehehe... sakit tapi senang. ANEH.
Ini kejadian waktu aku masih TK.
Bandel banget ya...
Sampe sekarang, masih banyak yang nanya why?
Malahan ada yang bilang itu sengaja ya.. sebagai tanda metal. Aku langsung tertawa dan menjelaskan apa yang sebenarnya?
Rindu sich...
Soalnya waktu kecil ngak mikir apa2
Kerjanya cuma main doank.
Waktu itu, aku dengan keluarga Q pergi ke rumah sodara tuk berlebaran, tepatnya di rumah Makbang (kakak sepupu ibuku). Kebayang dech, sebagai kakak tertua di keluarga, semua sodara-sodara ngumpul di situ. Base camp gitu. Aku juga senang banget. Semuanya ngumpul en bisa main2 dengan mereka.
Nah, waktu itu bang dedi (sodaraku) ngajak maen-maen gitu. Permainan anak lelaki, yaitu manjat tembok. Mulanya aku nolak. Abisnya ya nggak bisa. Aku sedikit lebih rendah dari dia. Otomatis, ngak nyampe. Bang dedi nantangin aku. Akhirnya aku luluh juga. Ditantang sich... gimana coba??? bangkitlah keberanianku.
Pas nyoba-nyoba naik. Eh ternyata bisa. Alhamdulillah... Senengnya. Abis itu, aku ditantang lagi buat megang atap. Pengen nyoba juga akhirnya. Perlahan-lahan nyobanya. Opssssssss... ngak nyampek. Jatuh dech ke lantai. Lantainya penuh dengan darahku. Daguku terluka. aku pun menangis. Kontan Bapakku bangun dan segera mengambilku. Kemudian beliau membopong ku ke rumah sakit dengan vespa yang aku nggak tahu punya siapa.
Nggak lama kemudian, jarum suntik membiusku. sebelumnya aku menangis sekuat-kuatnya karena takut disuntik. Namun apalah dikata seberapa kuatnya aku mencoba melawan tetap kalah. Wong lawannya orang dewasa yang badannya 3 kali lebih besar dari aku. Setelah disuntik, aku bener2 nggak ingat apapun. Yang ku ingat esoknya, aku punya perban di daguku. Semua teman-teman di komplek perumahan ku menanyakan perban didaguku. Aku dengan bangga mengatakan "baru dijahit". Hehehe... sakit tapi senang. ANEH.
Ini kejadian waktu aku masih TK.
Bandel banget ya...
Sampe sekarang, masih banyak yang nanya why?
Malahan ada yang bilang itu sengaja ya.. sebagai tanda metal. Aku langsung tertawa dan menjelaskan apa yang sebenarnya?
No comments:
Post a Comment